Abdjay Palanuwee

Selamat Datang di Blog Resmi Abdul Qadir Jailani. Blog ini merupakan mediator yang berfungsi sebagai sarana publikasi hasil-hasil karya yang tidak tersalurkan. selain itu, juga berfungsi sebagai kearsipan pribadi.

15 September 2009

Sejarah Kerajaan Kutai dan Kerajaan Kutai Kertanegara

Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai merupakan kerajaan tertua di Indonesia yang bercorak Hindu. Kerajaan Kutai terletak di tepi Sungai Mahakam, yaitu di Muara Kaman. Di Muara Kaman inilah di temukan batu bertulis atau prasasti yang di sebut "YUPA" berbentuk menhir atau tiang batu dari abad ke-4 Masehi. Batu bertulis ini memakai bahasa sanskerta dan huruf pallawa. Daerah Muara Kaman itu sekarang merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Kutai Kertanegara.

Kerajaan Kutai meninggalkan tujuh yupa. Prasasti-prasasti itu berisi sebagai berikut:

"Sang Maharaja Kudungga mempunyai anak Sang Asmawarman. Asmawarman mempunyai tiga orang putra. Salah seorang putra yang terkemuka adalah Mulawarman. Ia seorang raja yang berperadaban baik, kuat dan kuasa. Mulawarman memerintahkan untuk mengadakan selamatan besar-besaran. Kaum Brahmana mengadakan tugu peringatan untuk memperingati selamatan yang di adakan oleh Mulawarman".

"Raja Mulawarman memberikan hadiah tanah dan 20.000 ekor sapi untuk Kaum Brahmana. Oleh Karena itu, Kaum Brahmana mengadakan tugu peringatan".

Dengan hasil yang melimpah, Kerajaan Kutai dapat memasarkan barang dagangannya ke Cina, Kamboja, Siam dan Champa.
Kerajaan Kutai ini di sebut juga Kutai Lama. Kadang-kadang disebut juga Kerajaan Mulawarman. Sebab raja pertamanya bernama Mulawarman Naladewa. Kerajaan Mulawarman (Kutai Lama) kira-kira berusia 1.300 tahun. Kerajaan ini sempat di perintah oleh 20 raja dari dinasti Syailendra.
Ibukota Kerajaan Kutai adalah Martadira (sekarang Muara Kaman), yang berarti istana yang bisa mengawasi daerah setiap waktu. Kerajaan Kutai ini hancur dan musnah karena kalah dalam peperangan pada abad ke-16 melawan Kerajaan Kutai Kertanegara, sebuah kerajaan baru yang berdiri pada abad ke-13. Sekarang, nama Mulawarman di abadikan menjadi sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Kota Samarinda (Universitas Mulawarman [Unmul]) dan menjadi nama sebuah museum di Kota Tenggarong (Museum Mulawarman).

Kerajaan Kutai Kertanegara

Kerajaan Kutai Kertanegara berdiri pada abad ke-13. Rajanya berasal dari dinasti Sanjaya di Mataram. Raja tersebut bernama Aji Batara Agung Dewasakti.
Setelah berhasil mengalahkan Kerajaan Mulawarman, Kerajaan Kutai Kertanegara menguasai daerah yang luas. Mulai daerah pesisir Kalimantan sebelah timur, yaitu Balikpapan, sampai ke daerah yang paling udik di sepanjang Sungai Mahakam. Pada abad ke-16, agama Islam mulai masuk ke pedalaman daerah Kutai yang di bawa oleh saudagar-saudagar Arab. Ada pula di antaranya ulama dari Minangkabau yang bernama Datuk Bandang. Raja Kutai Kertanegara yang pertama memeluk agama Islam adalah Sultan Muhammad Idris (1732 - 1739). Maka Kerajaan Kutai Kertanegara menjadi kerajaan Islam. Raja-raja Kutai Kertanegara berikutnya adalah sebagai berikut:
1). Aji Sultan Muhammad Muslihuddin (1739 - 1780)
2). Aji Sultan Muhammad Salihuddin (1780 - 1845)
3). Aji Sultan Muhammad Sulaiman (1850 - 1899)
4). Aji Sultan Muhammad Alimuddin (1899 - 1910)
5). Aji Sultan Muhammad Parikesit (1920 - 1960)

Pada tahun 1884, Belanda menyerang ibukota Kerajaan Kutai Kertanegara yaitu Kota Tenggarong. Muncullah pahlawan Kutai, yaitu Awang Long Pangeran Ario Senopati. Pada peperangan tersebut Panglima Awang Long Ario Seopati gugur. Sebagai penghormatan kepada Panglima Awang Long Ario Senopati maka di bangunlah tugu peringatan. Sekaligus tugu tersebut di jadikan azimut kilometer nol (0) untuk permulaan menghitung jarak dalam kilometer ke penjuru Kota Tenggarong.
Pada saat pecah perang melawan belanda, Kutai kertanegara di pimpin oleh Sultan Mohammad Salihuddin. Beliau terpaksa membuat perjanjian dengan pihak Belanda. Sejak itu Kerajaan Kutai di jajah Belanda.


Di Kutip Dari Buku Ilmu Pengetahuan Sosial Lokal Kalimantan Timur oleh Sugeng Adnan, Tahun 1995, halaman 37, 38, 41, 42, 77, 78. Penerbit PT. Tiga Serangkai.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda